Wednesday, April 21, 2010

Djogja dahulu dan sekarang

Djogja...
mendengar kata itu pasti teringat akan sebuah kota yang asri dengan penduduk yang ramah...
makanan murah, malioboro yang penuh batik murah...
dan tentunya kota yang damai...

Sekarang...
masih ada malioboro yang penuh batik murah...
masih banyak makanan murah....
tapi suasana damai itu tak kudapati lagi...
kota yang nyaman itu tak kudapatkan...
kota yang asri berganti dengan kota yang panas dan penuh sesak dengan mall...
masyarakat yang bersahaja berganti dengan masyarakat yang konsumtif...
sepeda ontel sudah jarang terlihat, terganti dengan sepeda motor yang mengotori udara kota jogja...
entahlah, menurutku jogja sekarang tidak nyaman seperti dulu...
tergilas oleh modernisasi dan kapitalisasi...
rindu suasana jogja dahulu...

Friday, April 2, 2010

Bogor

entah kenapa, mendengar nama kota ini membuat badanku langsung tidak enak... mungkin karena dua minggu ini aku mendapat pengalaman tidak mengenakkan harus bolak-balik gambir-depok-bogor...

pengalaman pertama

saat itu hari senin malam pulang kuliah aku harus kebogor karena ada urusan pekerjaan didaerah cisarua. Setelah naik kereta yang delay selama satu jam dan seperti ikan pepes sampailah distasiun bogor pukul 10 malam. Karena khawatir dengan keselamatan, maka aku naik ojek atas rekomendasi temanku. Sepanjang jalan, angin dingin menerpaku, walau sudah mengenakan jaket, nampaknya tidak berhasil menghalau angin malam mengenaiku. Sesampainya dihotel, ternyata ojek tersebut blum ditawar, walhasil kenalah saya dengan charge yang sangat melambung tinggi, 200 ribu hanya untuk ojek. Harus kuakui itu adalah ojek termahal yang pernah kunaiki seumur hidup. Pulangnya pun sama membuat steressnya, akku dioper2 info kereta, setelah mbmeli tiket ekonomi, lalu ada info ac yang jalan duluan, karena buru2 ingin segera kekampus kutukarlah tiket ekonomi dengan ac, ternyata yang jalan duluan ekonomi... lari2lah aku mengejar kereta ekonomi dengna tiket ac masih ditangan. Dan selama seminggu setelah itu, setiap sore badanku langsung panas karena kelelahan dan masuk angin, untung saja bukan gejala tipes yg menyerang.

Pengalaman kedua

mungkin ini pengalaman ygn paling membuat diriku stress. Bagaimana tidak, untuk kebogor aku harus naik kereta yg saat itu lebih penuh daripada biasanya, sialnya llagi kereta itu menggalami gangguan, sehingga kami harus dipindahkan kekereta berikutnya, yang walhasil lebih penuh. setelah berdesak-desakkan dan dorong-dorongan dengan bapak-bapak dan ibu-ibu aku tak dapat memasuki kereta tersebut, maka menunggulah aku distasiun dengan tingkat sterss ygn lumayan tinggi karena sudah malam dan aku tak tahu nnti dibogor harus naik apa. Sesampainya dibogor, karena tidak ingin kejadian ojek itu terulang lagi, maka kuterleponlah taxi yg terkenal cukup aman, tapi, ternyata taxi tersebut tidak bisa sampai ke puncak karena ada razia merk taxi tersebut. Atas bantuan dari temanku akhirnya aku mendapat info harus naik apa dari barangang siang. Ternyata malam itu sudah terlalu malam sehingga sudah tidak ada bus di terminal tersebut. Rasaya aku ingin menangis saat itu, tapi kemudiann ada pak polisi yang kulihat dan dengan baikhatinya ia menolong dan memberitahu bus kearah cisarua yg lumayan jauh dari barangsiang. Sesampainya dihotel pukul sebelas malam dengan rasa yg sangat lelah, tapi masih harus mengikuti pertemuan yg untungnya tinggal sebentar lagi selesai.

Pengalaman ketiga,

Kali ini dalam perjalanan pulang menuju depok, saat itu merupakan hari terakhir kerja yg besoknya long weekend. Walhasil jadilah bogor macet total, dengan kaki pegal sehabis teawalk, harus berlama-lama pula didalam mobil. Sampai stasiun bogoor pun kereta sudah penuh, akhirya sepanjang perjalanan harus berdiri...alamak tuh kaki rasanya...

well tiga hal itu sudah cukup membuat diriku tidak ingin ke bogor dulu untuk setidaknya dua bulan ini....
dan salut untuk teman2 ygn mempunyai rumah dibogor.